PONTIANAK, borneoreview.co – Satu kebanggan ketika Kalimantan Barat memiliki kain tenun kebat Dayak Iban. Namun, wastra itu bisa saja terancam.
Perubahan zaman dan mulai langkanya bahan alam seperti kayu belian atau ulin jadi tantangan tersendiri bagi tenun kebat Dayak Iban.
Beruntung, tenun kebat Dayak Iban memiliki keindahan motif serta warna yang memang terus menjadi incaran pecinta wastra hingga masih bertahan.
Melansir berbagai sumber, Jumat (5/9/2025), tenun kebat atau sering juga disebut tenun ikat merupakan hasil kreasi dari tangan-tangan terampil para perempuan Suku Dayak Iban.
Menurut tetua Suku Dayak Iban, sumber pengetahuan dan keterampilan membuat tenun ikat merupakan warisan secara turun temurun melalui bahasa lisan.
Bahkan masyarakat Dayak percaya jika keahlian para perempuan dayak membuat kain tenun berkat bantuan “dewa-dewi” atau “petara” dan roh yang mengajarkan melalu mimpi.
Proses menenun tenun kebat juga tidak dapat dilakukan secara sembarang karena memiliki aturan-aturan yang perlu dipatuhi.
Proses menenun terkait erat dengan level spiritual pada bentuk motif yang akan dibuat.
Biasanya, anak-anak yang masih muda hanya diperbolehkan untuk membuat pola dengan tema bunga atau keindahan alam lainnya.
Ibu-ibu yang berusia 30 tahun hingga 50 tahun barulah boleh membuat pola dengan tema hewan maupun manusia.
Teknik yang digunakan untuk membuat tenun kebat adalah teknik ikat, salah satu teknik menenun di mana benang-benangnya sudah diikat terlebih dahulu kemudian dicelupkan ke dalam bahan pewarna.
Terdapat beberapa tahapan yang harus dilakukan oleh seorang penenun dalam membuat kain ini yaitu pemanenan kapas, pemisahan biji kapas, pemintalan benang, pembuatan motif, pemberian warna, mengikat motif, serta proses menenun.
Yang jelas, kain tenun kebat hingga saat ini masih dibuat oleh masyarakat Dayak Iban, hampir di setiap rumah panjai (panjang) Iban.
Kain tenun kebat biasa dipakai oleh masyarakat Suku Dayak Iban saat menggelar upacara-upacara adat kebesaran.
Berikut beberapa hal yang perlu diketahui dari tenun kebat Dayak Iban:
1. Pola atau motif
Pola atau motif sifatnya asimetris, pola-pola tanaman (bunga), hewan (naga), maupun manusia.
2. Warna
Warna dasar yang digunakan untuk membuat tenun kebat adalah warna cokelat.
Untuk pembuatan pola atau motifnya, penenun biasanya akan banyak menggunakan warna putih.
3. Durasi
Penenun biasanya membutuhkan waktu kurang lebih 1 bulan sampai dengan 3 bulan untuk menyelesaikan tenun kebat, ini tergantung dengan motif yang dibuat.
4. Makna
Hampir setiap motif yang dibuat pada tenun kebat memiliki kisah yang penuh makna, seperti kisah kehidupan masyarakat Suku Dayak.
5. Harga
Harga dari tenun kebat biasanya ditentukan dari kualitas kain serta kesulitan dari motif yang dikerjakan oleh penenun tersebut.
Tantangan yang dihadapi tenun kebat Dayak Iban:
1. Alat
Sangat sedikit warga yang masih bisa membuat alat atau perlengkapan menenun.
2. Bahan
Bahan alam yang digunakan (kayu belian atau ulin) juga sudah langka ditemukan karena lahan hutan yang banyak dialihfungsikan.
3. Narasumber
Kurangnya narasumber yang bisa mengajarkan teknik menenun tenun kebat pada anak muda.
4. Kesadaran
Kurangnya kesadaran anak muda untuk melestarikan tenun kebat Dayak Iban.**