PONTIANAK, borneoreview.co – Direktur Utama PTP Nonpetikemas, Indra Hidayat Sani mengatakan, pihaknya akan mengoptimalkan Terminal Pelabuhan Kijing di Kabupaten Mempawah, Kalimantan Barat, sebagai salah satu simpul logistik internasional strategis di wilayah barat Indonesia.
“Terintegrasi dengan Alur Laut Kepulauan Indonesia I (ALKI I) dan berdekatan dengan jalur perdagangan utama Selat Malaka, Terminal Pelabuhan Kijing ini menjadi penghubung penting arus ekspor-impor nasional, khususnya dari wilayah Kalimantan,” kata Indra saat meninjau Pelabuhan Kijing, Kabupaten Mempawah, Selasa (12/8/2025).
Dia menjelaskan, sejak dikelola PT Pelabuhan Tanjung Priok (PTP) Nonpetikemas Cabang Pontianak pada 1 Agustus 2022, Terminal Pelabuhan Kijing berkembang menjadi tulang punggung pelayanan kargo nonpetikemas di Kalimantan Barat.
“Dengan fasilitas modern, terminal ini menangani berbagai komoditas curah cair, curah kering, dan kargo umum, sehingga berkontribusi besar terhadap efisiensi logistik dan kelancaran arus barang nasional,” tuturnya.
Indra mengatakan, Kalimantan Barat merupakan produsen utama minyak kelapa sawit nasional, berada di peringkat tiga besar provinsi penghasil CPO, dengan dukungan 84 perkebunan sawit, 132 industri CPO, dan 42 terminal khusus.
“Terminal Kijing menjadi urat nadi ekonomi Kalimantan Barat, melayani berbagai kargo seperti produk turunan kelapa sawit, caustic soda, batu bara, pupuk, palm kernel, bauksit, hingga kargo berat,” katanya.
Semua itu ditunjang peralatan bongkar muat modern seperti harbour mobile crane, excavator, wheel loader, mobile conveyor, flexible hose, dan portable filling station.
Dengan draft hingga -15 meter dan dermaga sepanjang lebih dari 1.900 meter, Terminal Kijing mampu melayani hingga 12 kapal secara bersamaan, termasuk kapal besar berkapasitas hingga 100.000 DWT.
Branch Manager PTP Nonpetikemas Cabang Pontianak, Suwanda, mencatat throughput Terminal Kijing terus meningkat, dari 2,27 juta ton pada 2023 menjadi 3,09 juta ton pada 2024, dan ditargetkan 3,3 juta ton pada 2025.
Hingga Juni 2025, total throughput telah mencapai dua juta ton, dengan curah kering sebagai penyumbang terbesar yakni sebesar 965 ribu ton.
“Kinerja komoditas curah kering pada semester I-2025 tumbuh signifikan 225 persen dibanding periode sama tahun sebelumnya, dengan rata-rata throughput 2.716 ton per ship per day, melonjak dari 836 T/S/D di semester I-2024,” kata Suwanda.
PTP Nonpetikemas juga menyiapkan sejumlah langkah pengembangan, termasuk pembangunan terminal khusus curah cair, penambahan pipe rack, perluasan dermaga di Jetty 1 dan Jetty 2, serta penataan zona logistik untuk menarik tenant baru.
Terminal ini telah terlibat dalam berbagai proyek strategis, seperti penanganan kargo untuk pembangunan Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) PT Borneo Alumina Indonesia dan bongkar muat caustic soda liquid bersama mitra BUMN dan swasta.
Sebagai bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN), Terminal Kijing juga disiapkan untuk mendukung pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan Kawasan Terintegrasi Khusus Aluminium di Kalimantan Barat, sejalan dengan agenda hilirisasi nasional.
“Terminal Kijing bukan hanya memperkuat rantai pasok di Kalimantan Barat, tetapi juga menjadi katalisator pertumbuhan ekonomi nasional,” kata dia. (Ant)